Lainnya

Translate

Rabu, 12 Juni 2013

Pengkajian Ronggeng Dukuh Paruk



                   Hingar-bingar
Ronggeng Dukuh Paruk
Abstrak
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh penulis asal Banyumas Ahmad Tohari, diterbitkan tahun 1982. Novel ini saat diterbitkan pertama kali terdiri dari tiga buku (trilogi), yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Novel yang mempunyai jalan cerita tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng muda dan Rasus, temannya sejak kecil yang berprofesi sebagai tentara di desa kecilnya yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan di Indonesia tahun 1960-an yang penuh gejolak politik.
          Kepopuleran novel ini terus melambung seiring dijadikannya Ronggeng Dukuh Paruk dalam dua buah film dengan rentan waktu yang berbeda. Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) menjadi film yang pertama. Dan pada tahun 2011 kembali dimunculkan dalam film berjudul Sang Penari. Bahkan film kedua ini merajai Festival Film Indonesia 2011 dengan memborong empat penghargaan.
trilogi_ronggeng_dukuh_paruk.jpguiy-076.jpg  








Inti cerita
            Dukuh Paruk adalah sebuah desa kecil yang terpencil dan miskin. Namun, segenap warganya memiliki suatu kebanggaan tersendiri karena mewarisi kesenian ronggeng yang senantiasa menggairahkan hidupnya. Tradisi itu nyaris musnah setelah terjadi musibah keracunan tempe bongkrek yang mematikan belasan warga Dukuh Paruk sehingga lenyaplah gairah dan semangat kehidupan masyarakat setempat. Namun tradisi ini secara dapat muncul kembali setelah Srintil menginjak usia sebelas tahun. Srintil, bocah perempuan berusia sebelas tahun yang terlahir sebagai yatim-piatu sama seperti teman bermainnya Rasus yang berusia empat belas tahun. Keduanya menjadi yatim-piatu lantaran tragedi tempe bongkrek yang merenggut nyawa orang tuanya saat mereka masih berusia balita. Ngibing atau menari merupakan kegemaran dari Srintil. Setiap kali ia bermain dengan teman laki-lakinya Rasus,Warta dan Darsun mereka seolah-olah sedangmenggelar pagelaran tari tayub. Diam-diam Sakarya, kakek Srintil bersama Kartaredja melihat hal tersebut. Sakarya meminta bantuan terhadap Kartaredja yang juga sebagai dukun ronggeng di dukuh paruk untuk membimbing dan menjadikan Srintil menjadi Ronggeng. Mereka juga mengetahui bahwa Ruh Indang telah merasuk ke dalam jiwa Srintil. Sejak Srintil yang belia dinobatkan menjadi ronggeng baru di Dukuh Paruk untuk menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu, semangat kehidupan di Dukuh Paruk kembali menggeliat. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil namun bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang kehidupan. Tanpa adanya seorang ronggeng, dukuh itu akan kehilangan jati diri. Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi karena cantik dan menggoda. Semua ingin berjoget dan tidur bersama ronggeng itu. Dari kawula biasa hingga pejabat-pejabat desa, bahkan hingga kabupaten.
Tak kuasa melihat Srintil yang telah menjadi ronggeng, Rasus pindah dari Dukuh Paruk ke Dawuhan. Awalnya ia bekerja menjadi pesuruh di pasar. Tetapi akhirnya ia bekerja bersama para tentara yang bertugas di sana. Rasuspun akhirnya juga diangkat menjadi seorang tentara berkat kejujuran dan kegigihannya. Setelah menjadi ronggeng, justru Srintil menyadari bahwa ia mencintai Rasus. Ia ingin merasakan kelembutan sentuhan lelaki dan merasa jenuh menjadi ronggeng. Ia mengajak Rasus menikah, tetapi Rasus menolak karena lebih memilih menjadi tentara. Srintil sangat bersedih karena hal tersebut.
Srintil yang sudah mulai merasa jenuh menjadi seorang ronggeng dukuh paruk, sering menolak untuk melayani para lelaki. Bahkan beberapa kali menolak untuk meronggeng. Sebenarnya ia ingin memiliki hidup yang lebih tenang, yaitu memiliki suami dan anak. Memiliki keluarga yang bisa menenteramkan hatinya. Ia juga masih mengharapkan Rasus, seorang lelaki Dukuh Paruk yang kini telah menjadi tentara. Banyak sekali permasalahan yang mulai membuat Srintil untuk enggan meronggeng. Apalagi ia mulai menemukan Goder yang diangkat menjadi anaknya. Ia sangat memanjakan Goder laiknya anaknya sendiri. Ia semakin teguh untuk berhenti meronggeng dan menciptakan hidup baru. Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohan mereka tentang politik, mereka terseret arus konflik dan divonis sebagai manusia-manusia pengkhianat negara. Mereka itu tidak lain partai komunis (PKI). Pedukuhan itu dibakar dan ronggeng berserta para penabuh calung ditahan oleh tentara. Hanya karena kecantikannya, Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa penjara tahanan politik.
Suatu hari Srintil diajak Bajus untuk mengikuti acara tertentu. Ternyata selama ini Bajus telah memiliki rencana jahat terhadap Srintil. Bajus ingin menyerahkan Srintil kepada bosnya sebagai hadiah agar bisnisnya lancar. Srintil sangat terpukul karena ia telah begitu percaya pada Bajus. Namun Bajus justru merupakan lelaki yang jahat. Karena itu, Srintil mengalami gangguan jiwa dan menjadi gila. Melihat kondisi Srintil yang memrihartinkan, Rasus merasa iba. Ia akhirnya membawa Srintil ke rumah sakit jiwa. Ia juga menyadari bahwa sesungguhnya ia masih mencintai Srintil.

Ronggeng Dukuh Paruk, realitas kehidupan sosial, budaya, religius dan politik.
Karya sastra ini merupakan potret kehidupan masyarakat yang disajikan lebih indah dan menarik untuk memberi informasi kepada masyarakat. Keadaan masyarakat dukuh Paruk, Banyumas, Jawa Teangah pada kisaran tahun 1950-1960. Kebudayaan yang sangat unik dengan ronggeng menjadi bagian dari interaksi masyarakat dukuh Paruk. Untuk menjadi ronggeng bukan suatu perkara mudah seperti halnya membalik telapak tangan saja. Keadaan seperti iyu memang benar adanya dalam kehidupan masyarakat dukuh Paruk.
Bukan hanya masalah ronggeng saja, dalam novel ini juga membahas kemelaratan yang membarengi kehidupan mereka. Sebuah keadaan sosial yang sangat miskin dan bodoh secara berdampingan. Kebodohan merekalah yang menyebabkan kemalaratan itu terus melanda tiada henti. Namun semua itu seolah sirna tatkala melihat dari sisi humanisme kehidupan mereka. Gotong royong, kebersamaan, kesetaraan pangkat lekat dalam sisi kehidupan mereka yang lain. Sistem kehidupan yang sudah sangat jarang ditemui dalam era globalisasi seperti saat ini.
Ronggeng Dukuh Paruk juga memperlihatkan betapa kentalnya kehidupan religius masyarakatnya. Terbukti dengan kehidupan mereka yang berpatokan pada arwah Ki Secamenggala dalam segala urusan. Hal itu menjadi bukti religius masyarakatnya.
Dalam novel ini juga memperlihatkan keadaan politik yang dialami pada masa itu. Partai komunis (PKI) yang menjadi pandangan buruk pun ikut diceritakan didalam novel ini. Semua hal itu membuktikan bahwa Ronggeng Dukuh Paruk merupakan novel realitas kehidupan masyarakat Dukuh Paruk pada masa pasca kemerdekaan 1965.

Ronggeng Dukuh Paruk dalam film Sang Penari
sang-penari2.jpgsang_penariMain.jpg





Sesungguhnya Sang Penari bukanlah film pertama yang menggarap novel ini. Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) merupakan film pertama yang menggarap. Namun film yang disutradarai Yazman Yazid kurang menemui sukses. Berbeda dengan film kedua yang berjudul Sang Penari.
Sang Penari muncul ke layar lebar pada tahun 2011. Film yang juga menngarap novel Ronggeng Dukuh Paruk ini disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Sang Penari meraih sukses pada Festival Film Indonesia(FFI). Berhasil masuk sepuluh nominasi dan berhasil memenangkan empat penghargaan. Empat penghargaan itu diraih pada nominasi Film Terbaik(Sang Penari), Stradara Terbaik(Ifa Isfansyah), Pemeran Utama Wanita Terbaik(Prisia Nasution), dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik(Dewi Irawan) yang keseluruhannya merupakan penghargaan utama.
Selain sukses dalam FFI, Sang Penari juga mewakili Indonesia pada Penghargaan Academy Award atau sering disebut Penghargaan Oscar 2013. Seperti yang sudah menjadi tradisi tiap tahunnya, Penghargaan Oscar selain memberikan penghargaan terhadap film-film dari Amerika, juga memberikan sebuah nominasi khusus untuk film-film lain dari seluruh dunia untuk memperebutkan penghargaan “Film Berbahasa Asing Terbaik”. Untuk memperebutkan nominasi 5 besar film berbahasa asing terbaik, “Sang Penari” harus bersaing ‘melawan’ hampir 50 negara lain dengan film-film yang diunggulkan seperti  Amour (Austria), Barfi! (India), The Intouchables (Perancis), Headshot (Thailand), dan juga Pieta dari Korea Selatan. Namun dalam pengumumannya yang digelar pada 24 Februari 2013 lau, film Sang Penari kalah dari film Amour(Austria) yang memenangkan nominasi ini.


Ahmat Tohari, sosok dibalik novel Ronggeng Dukuh Paruk.
Ahmad-Tohari.jpegahmadtohari1.jpg
 
         
           
                      
          Ahmat Tohari alias Kang Tohar ini lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Anmad Tohari merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang telah lama malang-melintang di dunia kepenulisan. Sudah banyak karya-karya Kang Tohari, begitu ia akrab disapa, yang berhasil memenangkan berbagai penghargaan dalam lingkup nasional maupun internasional.
          Selepas menempuh pendidikan formalnya di SMAN 2 Purwokerto, pria kelahiran Banyumas, 13 Juni 1948 ini pernah kuliah di beberapa fakultas. Namun, ia tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran kendala non-akademik. Selain itu, ia pernah berprofesi sebagai tenaga honorer di Bank BNI 1946 selama setahun, antara tahun 1966 sampai 1967. Kang Tohari juga pernah berkecimpung dalam bidang jurnalistik di beberapa media cetak seperti harian Merdeka, majalah Keluarga dan Majalah Amanah yang kesemuanya berlokasi di Jakarta.
Ahmad Tohari sudah banyak menulis novel, cerpen dan secara rutin pernah mengisi kolom Resonansi di harian Republika. Karya-karya Ahmad Tohari juga telah diterbitkan dalam berbagai bahasa seperti bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Novel Ronggeng Dukuh Paruk bahkan pernah ia terbitkan dalam versi bahasa Banyumasan, yang kemudian mendapat penghargaan Rancage dari Yayasan Rancage, Bandung pada tahun 2007. Selain itu cerpennya yang berjudul "Jasa-jasa buat Sanwirya" pernah mendapat hadiah hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio Nederlands Wereldomroep. Sedangkan novelnya Kubah yang terbit pada tahun 1980 berhasil memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama pada tahun 1980.
Ahmat Tohari juga dikenal menjadi sahabat mantan Presiden RI, H.Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Terbuk pada kasus isi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk  yang dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru membuat Ahmad Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Agar bisa keluar dari segala tekanan yang dilakukan pemerintah Orde Baru, Kang Tohari meminta tolong kepada sahabatnya Gus Dur. Pada akhirnya, ia pun dapat bebas dari segala intimidasi dan ancaman hukum yang sempat membayangi kehidupannya.
(Roghib M R/12201241076)

# Tulisan ini untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Sejarah Sastra
*  Tulisan ini merupakan karya sendiri, bukan jiplakan atau karya orang lain.


Daftar Pustaka
·         Anonim. 2013. “Ronggeng Dukuh Paruk”. www.wikipediaindonesia.com.
Diunduh 8 Juni.
·         Anonim. 2013. “Ahmat Tohari”. www.wikipediaindonesia.com. Diunduh 8 Juni.
·         Anonim. 2013. “Sang Penari”. www.wikipediaindonesia.com. Diunduh 8 Juni.
·         Azhar, Arya. 2012. “Sang Penari Jadi Wakil Indonesia di Penghargaan Oscar”. www.sidomi.com. Diunduh 9 Juni.
·         Bendon, Olive. 2011. “Sang Penari: Antara Cinta, Kultur, dan Politik”. www.kompasiana.com. Diunduh 9 Juni.
·         Kartikasari, Arie. 2011. “FFI 2011: Sang Penari Raih Penghargaan Film Terbaik”. www.filmindonesia.or.id . Diunduh 9 Juni.
·         Redaksi. 2013. “Daftar Pemenang Oscar 2013”. www.voaindonesia.com. Diunduh 9 Juni.